Monday, August 07, 2006

RENTAN...

Pernah pada suatu waktu, ketika sedang berkunjung ke rumah seorang kolega di kawasan perumahan di pinggiran Jakarta, Beliau saat itu kira – kira berumur 54 tahun menanyakan sebuah buku yang tergeletak di dashboard mobil saya. Pertanyaan yang sederhana, “Itu buku apa?”. Saya jawab dengan ringan “Buku bacaan biasa, kenapa? Mau pinjam? Nih….”. Tiba – tiba saya dibuat terperangah dengan komentarnya, yang kalau tidak salah kutip adalah seperti ini….” Kira – kira isi buku itu, apakah akan menambah keimanan atau malah akan mempertanyakan keimanan apabila saya membacanya.”
Pernyataan sederhana tapi membuat saya sempat memikirkannya. Saya berusaha memahami bahwa pernyataan tersebut dilontarkan oleh orang yang telah memasuki usia senja dimana resistansi terhadap sesuatu yang menggugah suatu kesadaran baru mungkin menjadi sangat rentan bagi ke-iman-nannya. Tapi saya malah berpikir sebaliknya, bahwa diusianya, seharusnya dia telah mempunyai resistansi yang besar apabila suatu buku isinya berisi tentang hal yang mempertanyakan keimannanya. Atau juga dia hanya ingin bersikap “safe” dan hanya mengkonsumsi bacaan yang hanya mempertegas tentang suatu kepercayaan yang telah diyakininya.
Bila ini dipertanyakan kepada diri saya sendiri? Dimanakah posisi sikap saya saat ini dalam memilih buku bacaan?
Bila mau jujur, sebenarnya saya begitu iri dengan generasi dibawah saya. Saat ini berbagai buku, baik karya asli maupun terjemahan begitu banyak mengisi rak – rak buku berbagai toko buku. Segala pengetahuan dari berbagai bidang dapat lebih mudah diserap lantaran banyaknya buku – buku baru yang diterbitkan dan nyaris tanpa sensor yang berarti. Bukan berarti sebelumnya tidak ada buku – buku tersebut, tapi beberapa penulis dan penerjemah saat ini telah meracik satu buku dengan sedemikian rupa sehingga dengan suatu topic yang serupa bahkan usang dapat dikemas sedemikian rupa sehingga lebih mudah dipahami, kadang disisipi dengan suatu gagasa baru dan menggugah seorang untuk membacanya.
Sebut saja buku – buku mengenai Fisika, teori Newton dari dulu sampai sekarang ya gitu – gitu aja (kalau berubah bukan teori lagi dunk…). Tapi saat ini pemaparan tentang pemahaman teori – teori itu begitu mudah dipahami karena dikemas sebagai bacaan ringan dan bukan lagi dalam buku yang bersampul tebal konsumsi kutu buku.
Eh..saya jadi ada ide, gimana bikin novel atau chiklit-lah tapi disisipi dengan pelajaran fisika yang sangat tidak kentara. Ntar deh dipikirin….
Ah…andai saja pada saat saya sekolah menengah dulu buku – buku fisika seperti sekarang ini atau orang seperti Yohanes Surya sudah duluan terbit pada masa itu. Mungkin saya lebih menyukai fisika lebih awal dari pada saat ini, ehh…bukan berarti saya saat ini tengah mempelajari atau meneliti suatu teori fisika yang ngejelimet untuk menciptakan suatu formula baru, saya sekedar suka fisika karena menjelaskan hal – hal terjadi disekitar kita berdasarkan teori nyata yang berdasarkan penelitian, jadi bukan karena katanya atau karena emang begitu dari sononya atau yang lebih parah lagi klenik.
Ini karena buku – buku yang menjelaskan teori teori ilmu fisika dengan penjelasan yang mudah di cerna.
Nah semua buku – buku tersebut, bila mau jujur sebenarnya banyak yang nggak sejalan dengan doktrin –doktrin dalam kitab kitab suci. Bahkan tayangan dalam film film dokumenter national geographic juga cenderung membentuk opini yang sama. Kalau pernah membaca buku-nya Karen Amstrong tentang sejarah Tuhan, saya rasa orang ber-iman yang berpikiran terbuka akan sedikit terguncang dengan kenyataan sejarah yang dipaparkan. Saya harap sih ini Cuma kesalahan persepsi saya saja. Jadi nggak usah ngotot duluan, saya lebih senang mengkonsumsi sumber sumber lain untuk mematahkan atau memperkuat sudut pandang saya, maaf saja kalau saya tidak bersedia untuk berdebat dengan orang yang mempunyai sudut pandang berbeda.
Nah …kembali kemasalah pertama tadi tentang ke-imanan. Saya pikir memang iman itu suatu keyakinan yang harus terus diuji atau dipertanyakan. Sehingga ketika seseorang mendekati ajal dan mengucapkan kalimat syahadat (yang katanya akan dijamin masuk surga), kalimat tersebut diucapkan sebagai hasil akhir dari pengembaraannya selama hidup dan kalimat tersebut merupakan suatu Jawaban pasti dari pertanyaan yang disodori oleh Pencipta waktu kita lahir yaitu : “ Loe yakin nggak sama Gue?
Saya pikir jawaban pertanyaan itu sudah banyak diketahui oleh banyak orang, karena bocorannya juga sudah menyebar kemana – mana (siapa yang bocorin ya…?), coba pikir deh, memang nya Tuhan sebodoh itu, asal jawabannya sama trus loe dengan lenggang kangkung masuk surga. Saya pikir pasti Dia melihat proses dalam loe mencari jawaban tersebut, dan bisa juga nanti dalam prosesnya loe malah tau bahwa bocoran jawaban yang selama ini telah menyebar itu dan diyakini banyak orang ternyata bocoran palsu ….. Waddef…….

0 Comments:

Post a Comment

<< Home